Tujuan
pendidikan karakter adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik, begitu
tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya
untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar,
dan cenderung memiliki tujuan hidup. Pendidikan karakter yang efektif, ditemukan
di lingkungan sekolah yang memungkinkan semua peserta didik menunjukkan potensi
mereka untuk mencapai tujuan yang sangat penting.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing) acting, menuju kebiasaan (habit). Hal ini berarti, karakter tidak sebatas pada pengetahuan, karakter lebih dalam lagi, menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (component of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik mampu memahami, merasakan, dan mengajarkan sekaligus nilai-nilai kebajikan.
Dalam menanamkan pendidikan nilai-nilai pendidikan
karakter pada diri peserta didik tentunya seorang guru dituntut untuk
memperhatikan kepribadian peserta didiknya. Hal ini diperlukan agar peserta
didik mampu memahami dan merasakan serta mengerjakan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat kelak. Untuk lebih memperkuat pelaksanaan
pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari Agama,
Pancasila, Budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional.
Ke 18 nilai tersebut adalah:
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,tanggung jawab.
Salah satu pendidikan nilai karakater yang dapat dilakukan adalah dengan membiasakan shalat dhuha berjamaaah. Dampak pembiasaan
sholat dhuha terhadap pembinaan akhlak sangat baik terlihat pada perilaku
produktif dalam pemanfaatan waktu, hormat, disiplin, murah hati, dan peduli
sesama. Peserta didik dapat mengontrol emosi atau amarah, selain itu pikiran
dan hati peserta didik juga menjadi lebih tenang, sehingga akan memperlancar
proses belajar.
Menahan amarah yaitu upaya menahan emosi, agar tidak dikuasai
oleh perasaan marah terhadap orang lain. Shalat dhuha sebagai sarana agar dengan
shalat dhuha seseorang mampu mengendalikan diri sehingga tidak melakukan perbuatan
keji dan munkar, serta perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain. Pengendalian diri ini pada akhirnya akan memunculkan suatu perilaku atau
akhlak yang mulia bagi lingkungan dan orang-orang disekitarnya.
.
0 Comments